KAMPAR (RA) - Di mana ada rumput di situ tentunya menjadi lokasi yang dipilih oleh kerbau untuk mengisi perut. Kondisi inilah yang terjadi di Candi Muara Takus yang berada di Desa Muara Takus, XIII Koto Kampar yang berumput dan menjadi perhatian serius bagi kerbau yang kelaparan. Tak ayal, candi yang ditemukan Bangsa Belanda pada tahun 1860 Masehi Abad ke XII ini menjadi sorotan para kerbau yang ada di sekitar candi.
Seperti pengamatan langsung RiauAktual.com di Candi Muara Takus pada Jum'at (11/01/2013) saing, tak hanya masyarakat yang ingin mengunjungi candi peninggalan Kerajaan Sri Wijaya itu, kerbau juga berkeliaran memotong rumput yang sudah mencapai sebetis manusia dewasa. Meskipun pengungjung yang datang ke lokasi pariwisata ini per hari mencapai ribuan orang (Hari Libur dan Hari Besar Keagamaan), namun anggaran perawatan sepertinya masih minim.
Seperti dikatakan Bagian Wisata Candi Muara Takus Candra menjelaskan, memang pengunjung candi setiap tahunnya meningkat. Bahkan, pada hari besar keagaan seperti Waisak, pengunjung lebih dari 1000 per hari. Untuk karcis masuk pada hari biasa Rp 3 Ribu untuk dewasa dan Rp 2 Ribu untuk anak-anak, sementara pada hari libur tarif tersebut naik Rp 1.000.
"Untuk PAD setiap tahunnya Rp 32 Juta untuk Pemda Kampar. Pengunjung memang diprediksi pada tahun ini meningkat, hari besar Waisak jatuh pada Bulan Mei ini diperkirakan pengunjung akan meningkat mengingat peringatan waisak akan dilakukan di Candi Muara Takus ini bertaraf Internasional," ungkap Candra.
Menanggapi kerbau yang masih berkeliaran di areal candi serta rumput yang tinggi-tinggi dan juga onggokan sampah dimana-mana, Candra menejelaskan bahwa kondisi itu akan ditangani dengan memasang pagar pembatas di sekeliling candi sehingga kerbau tidak dapat lagi berkeliaran di areal candi yang menyebabkan aroma tak sedap selalu dirasakan pengunjung, karena kotoran kerbau yang terdampar dimana-mana.
"Akan kita pasang pagar, jadi kerbau ini tak lagi bisa masuk. Kalau rumput ini akan kita potong agar pengunjung lebih nyaman berada di dalam candi dan tak perlu menyengsengkan celananya," tuturnya.
Penjelasan mengenai karcis yang disampaikan Candra berbeda dengan apa yang dikatakan salah seorang pengunjung Ade (19). Ketika ia masuk ke areal candi bersama temannya menggunakan sepeda motor, ia diminta uang karcis Rp 15.000. Setelah itu, di pintu masuk areal candi juga ada kardus bertuliskan sumbangan kebersihan. "Tadi kami dimintai karcis Rp 15 Ribu sekalian untuk parkir sepeda motor, padahal di dalam tak ada petugas parkir yang menjaga motor kita ketika kita berjalan melihat-lihat candi. Di sini juga ada kotak sumbangan kebersihan, tapi sampah tetap banyak tuh bertebaran dimana-mana," imbuhnya.
Liputan: Rio Agusri, Kampar
Editor: Riki
